Monday, August 08, 2005
Workshop Pers mahasiswa se Kalimantan
Workshop per mahasiswa se Kalimantan yang diselenggarakan Yayasan Pantau, Harian Equator dan Mimbar Untan, 1-5 Agustus usai sudah. Pontianak kedatangan dua pembicara luar, Janet E Steele dari George Washington University dan Agus Sopian dari Yayasan Pantau. Ia kerap melakukan riset dan konsultan media di Indonesia.
Beruntung sekali Pontianak mendapat kesempatan dua orang ini datang. Ditambah satu pembicara Kalbar, redpel Harian Equator, Nur Iskandar.
Pelatihan lima hari ini ternyata cukup melelahkan. Aku sempat sakit di hari ke empat. Syukur Alhamdulillah, masih mampu ikut sesi terakhir travel to Singkawang.
Peserta 20 orang mahasiswa dari beberapa universitas di Kalimantan. Satu orang dari Kalsel, lainnya Kalbar dari Untan, STAIN dan Polnep.
Dari hari pertama banyak hal disampaikan kang Agus, dari sembilan elemen jurnalisme, sumber anonim, manajemen reportase sampai pembuatan proposal liputan. Juga pemaparan naratif reporting dan bedanya dengan straight news dan feature. Sesi terakhir diisi pemutaran dan pembahasan film all the president's men.
Janet E Steele membahas penulisan narasi, tujuh elemen narasi sampai membuat engine tulisan.
Nur Iskandar lebih banyak bicara tentang manajemen media juga kondisi pers lokal di Kalbar.
Hari terakhir, travel ke Singkawang bersama Janet E Steele. Kang AGus sudah pulang 4 Agustus karena harus memberikan materi di tempat lain.
banyak tempat yang dikunjungi dari pembuatan keramik singkawang yang mulai mengalami penurunan minat. Pembeli berkurang, pengrajin resah. Pasar lokal terhimpit dengan masuknya keramik dari RRC.
Lalu perjalanan dilanjutkan ke Kelenteng Kota di tengah kota Singkawang. Ini kelenteng tertua di Singkawang. Ramai sekali warga Tionghoa melakukan ritual keagamaan dari orang tua sampai anak kecil.
Lalu rombongan break sebentar di Biro Equator Singkawang. peserta pria sholat jumlat. Para ceweknya tidur kecapean. "Lucu sekali, sata kira orang Indonesia bisa tidur dengan mudahnya di manapun. Wow. Menarik," ucap Janet melihat banyak yang tertidur di sembarang tempat sambil mengambil foto.
Setelah siap, sekitar pukul 13.30, rombongan beranjak ke shelter Rosita Ningsih. Di sana banyak diskusi tentang perdagangan perempuan baik melalui kawin kontrak (pengantin pesanan) maupun tenaga kerja Malaysia.
Cerita juga tentang banyaknya kekerasan dalam rumah tangga, seperi seorang ibu yang akhirnya dihukum tiga tahun karena tidak sengaja membunuh suami ketiga hendak menyelamatkan anaknya. Sang ayah mencekik, ibu berupaya membela dengan memukulkan kayu ke kepala. Suami tewas. "Kita berusaha bebaskan ibu itu tapi tak bisa. Tapi terus membela, insya Allah, 17 Agustus ini ia mendapat amnesti," ujar Neneng, panggilan akrabnya.
Usai dari shelter, rencana berkunjung ke pemukiman Tionghoa yang banyak mengalami korban trafiking. Berhubung sudah sore maka dibatalkan. Peserta banyak ingin pergi ke pantai. janet juga suka pantai, akhirnya kita semua menuju ke pasir panjang.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment