Tekad, asa dan kesedihanku
Banyak hal yang membuat mengapa aku suka sekali menjadi seorang wartawan. Ketika orang bertanya apa sih sukanya? Mungkin sebagian orang jadi wartawan karena sudah terpaksa tidak ada kerja. Insya Allah tidak bagi aku. Setelah aku masuk ke dunia jurnalistik ini aku menjadi enggan untuk pergi. Sayang rasanya meninggalakn dunia yang penuh dengan tantangan dan dinamika ini.
Kerjaan bidang lain yang ditawarkan padaku kutolak karena begitu cintanya aku, baik sebagai karyawan swasta sampai PNS sekalipun. Ga kebayang rasanya kalau sampe aku berpisah dari dunia ini.
Saat ini, keputusanku untuk pindah ke Jakarta saja sebagian temen2 bilang aku nggak waras, nekad, dan banyak lagi. Buat apa juga kata mereka sudah enak2 di Pontianak mau capek2 lagi ke Jakarta. Dengan situasi dan lingkungan serta semuanya serba berbeda.
Kalau jangka pendek mungkin iya ya, aku yang sudah biasa enak2an di Pontianak dateng ke Jakarta bersulit2 lagi. Liputan seharian, kembali seperti beberapa tahun yang lalu.
Tapi itulah yang memang aku inginkan. Aku ingin maju, apakah sih aku ini. Berapa banyak ilmu jurnalistik sih yang akan serap, masih nol saja kurang. So, masih jauh dan panjang jalanku untuk mendalami dunia ini.
Jenuh. Mungkin itu yang aku alami di POntianak. Suasana dan tantangan baru pun menjadi jawaban tepat. Yang jelas aku ingin maju, mendapat pengalaman baru dan memperdalam pengetahuanku terutama di dunia yang aku cintai ini.
Aku berharap semoga pilihanku ini adalah pilihan yang tepat. Aku bisa memanfaatkan sisa waktuku buat meningkatkan kemampuanku.
Namun ada satu yang beda dan membuatku cukup bersedih sekarang. Dulu di POntianak, aku bisa menulis apa saja tentang permasalahan seputar perempuan. Kesetaraan perempuan yang masih perlu diperjuangkan dapat kutuangkan lewat tulisan2ku. Aku merasa bersemangat dan memiliki arti jika bisa berbuat untuk memajukan perempuan minimal melalui pemberitaan.
Dulu, aku punya satu halaman yang dapat aku manfaatkan membawa isu gender. Ikatan Perempuan Pelaku Media Kalbar tempat aku bersama gank wartawan perempuan lain yang memiliki komitmen berkampanye melalui media bagaimana meningkatkan kualitas dan memajukan perempuan.
Satu niatku kalau berangkat ke Jakarta akan tetap memperjuangkan kesetaraan gender ini. Tapi aku agak sedih belum banyak NGO perempuan yang aku kenal walau aku tahu di sini jauh lebih banyak. Di Pontianak ada komitmen dari wartawan perempuan (boleh juga masuk pria kalau mereka punya komitmen sama) berjuang melalui media. Wartawan2 junior dilakukan pengkaderan. Kami yang agak lebih dulu jadi wartawan juga ikut pengkaderan melalui berbagai seminar dan acara2 bertemakan gender. Akankah itu aku temukan di sini?
Di POntianak, ada LBH PIK, perempuan Khatulistiwa, Koalisi Perempuan dan organisasi perempuan lain yang begitu 'mesra' menjalin kerjasama dengan media. Kami punya satu komitmen "majukan perempuan'. Bisakah ini kulakukan di sini? Aku belum peroleh jawabannya? Namun aku berharap dan sangat berharap, iya, bisa. Mungkin butuh waktu.
Friday, September 30, 2005
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
2 comments:
Sapariah yang baik,
Aku kira di Jakarta banyak organisasi yang mau membela dan memajukan perempuan. Aku dengan senang hati memperkenalkan kamu dengan mereka.
Sekali-sekali kita makan siang dengan Gadis Arivia, Maria Hartiningsih dan sebagainya ya.
Aku kira perjuangan untuk memajukan perempuan adalah pilihan yang mulia.
Jakarta memang kota yang menjengkelkan tapi ia sekaligus playing field paling menarik di Asia Tenggara ini --saingannya cuma Bangkok atau jauh sedikit ya Hongkong.
Aku akan coba membantu kamu sekuat tenaga. Lalu siapa tahu ada hal lain yang bisa kamu dapatkan di Jakarta :-)
Mas Andreas yang baik,
Benar mas, di Jakarta ini lebih banyak organisasi yang mau membela dan memajukan perempuan. Cuma, aku saja yang belum tahu n kenal mereka.
Terima kasih sekali mas mau membantu aku mengenalkan dengan mereka. Aku senang sekali.
Mas emang yang selalu membantu dan mendukung aku. Thanks 4 everything. Terima kasih juga karena di sini aku mendapatkan hal yang paling berharga. Apa itu? Aku kira ..hmmm...mas yang bisa menjawabnya. :-)
Post a Comment